Sunday 28 July 2019

WISATA RELIGI - ZIARAH RADEN FATAH (RAJA MUSLIM PERTAMA DI JAWA)


#AKAtrans Blora - Jika kita akan menghabiskan liburan di Demak, traveler bisa menyempatkan diri untuk ziarah ke makam Kesultanan Demak Bintoro di area Masjid Agung. Makam sultan seperti Raden Patah dan para abdinya pun ada di sini.

Wisata religi dengan ziarah ke makam menjadi salah satu pilihan yang pas. Seperti ziarah ke makam Kesultanan Demak Bintoro di kompleks Masjid Agung Demak, Demak, Jawa Tengah.

Saat kita berkunjung ke kompleks makam Kesultanan Bintoro Demak atau Kesultanan Demak tersebut, Makam itu bisa ditemukan di bagian belakang Masjid Agung Demak yang sangat sarat dengan nilai sejarah tersebut.

Di kompleks makam ini, kita bisa melihat makam dari raja-raja Demak beserta para abdinya. Seperti sultan Demak yang pertama yaitu Raden Fatah, Sultan Demak II Raden Pati Unus, serta Sultan Demak III Raden Trenggono.

Selain sultan, makam para pangeran dan istri, Putri Champa, hingga Syekh Maulana Maghribi juga ada di sini. Putri Champa sendiri berasal dari Kerajaan Champa di Vietnam dan merupakan ibunda dari Raden Fatah.

Masjid Agung Kesultanan Demak Bintoro
Sementara itu, Batu nisan di komplek makam ini berbeda-beda ukuran dan warnanya. Ada yang berwarna putih, ada pula yang cokelat. Makam Raden Patah misalnya, warnanya cokelat muda dan lebih tinggi dari makam lain.

Saat kita berada di area makam, kita bisa menyaksikan beberapa pengunjung yang duduk di lantai dekat pagar pembatas makam. Lantai berkeramik putih itu memang biasanya ditempat orang-orang yang ziarah. Ada yang tampak duduk dan terdiam, ada pula pengunjung yang membaca Kitab Suci Al Quran.

Sedangkan di pagar pembatas makam terdapat tulisan jadwal ziarah makam Raden Fatah adalah hari Kamis Wage pukul 17.00 WIB hingga Jumat Kliwon pukul 17.00 WIB. Sedangkan untuk Raden Trenggono pada malam Jumat Kliwon pukul 19.30-21.00 WIB. Namun di luar waktu tersebut tetap banyak yang datang untuk ziarah.

#AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..

Thursday 25 July 2019

WISATA RELIGI - ZIARAH WALISONGO SUNAN KALIJAGA


#AKAtrans Blora - Makam salah satu Wali dari jajaran walisongo ini terletak di Desa Kadilangu, Kab Demak, (Bintoro), Jawa Tengah. Kalau dari kota Semarang arahnya ketimur, bila ditempuh dengan kendaraan roda 4 kurang lebih satu hingga satu setengah jam perjalanan.

Makam keramat kadilangu atau makam kanjeng Sunan Kalijaga cukup mudah di temukan karena di sepanjang jalan ada rambu-rambu atau petunjuk jalan yang memang mengarah ke Masjid Kadilangu (Makam Sunan Kalijogo). Bahkan bagi orang awam sekalipun yang tidak hafal jalan, dapat dengan mudah menemukannya, Kita bisa bertanya kepada masyarakat sekitar Demak, mereka pasti sangat tahu dimana alamat makam keramat Sunan Kalijogo atau petilasan Sunan Kalijogo.

Kanjeng Sunan Kalijaga adalah salah satu Wali Songo yang memiliki kesaktian tinggi, beliau juga ikut ambil bagian dalam pembangunan Masjid Agung Demak, yang terkenal dengan soko kayu. Selain dikenal sakti Kanjeng Sunan Kalijaga juga terkenal “Mandi Pangucape” (Ucapannya Manjur/ampuh), apapun yang keluar dari mulut Sunan Kalijaga bisa terwujud. Tak heran jika makam beliau banyak didatangi oleh orang-orang penting untuk ngalap berkah, Banyak yang percaya bahwa datang kemakam  kadilangu, dan berdoa disana, maka akan dimudahkan Rejekinya, di naikkan jabatannya, dipermudah jodoh, cepat mendapatkan apa yang diingnkannya dan juga menjadikan hati tenang dan menjauhkan dari segala persoalan hidup. Dan itu semua tentunya dengan Izin Gusti Allah SWT, Sang Penguasa Kehidupan di bumi dan juga langit.

MASJID AGUNG DEMAK (BINTORO)
Makam Sunan Kalijaga sangat ramai di kunjungi oleh para peziarah, mereka datang dari berbagai penjuru tanah air. Tidak hanya masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya saja, bahkan yang dari luar Jawa pun dapat di jumpai disana. Tak hanya masyarakat biasa, bahkan para pejabat tinggi, artis-artis dan para tokoh-tokoh negara tidak sedikit yang berkunjung ke makam Kanjeng Sunan Kalijaga di Kadilangu ini.

#AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman.. 

Tuesday 23 July 2019

WISATA RELIGI - ZIARAH WALISONGO SUNAN KUDUS


#AKAtrans Blora - Sudah menjadi tradisi, bahwa tujuan utama orang ke Kota Kudus selain menikmati suasana kota yang asri, biasanya sebagai rangkaian ziarah Walisongo atau banyak orang menyebut sebagai Tour De WalisongoYa, di Kota Kudus inilah salah satu Walisongo, yaitu Sunan Kudus Raden Ja'far Shodiq di makamkan tepatnya di belakang Masjid Al Aqsha Menara Kudus.

Hampir Setiap hari para peziarah yang datang ke makam ini bisa mencapai ribuan orang. Pengunjung biasanya berasal dari berbagai penjuru, jumlah ini akan terus bertambah jika musim liburan sekolah tiba. Hal ini disebabkan, sekolah-sekolah tertentu menjadikan makam para wali ini sebagai ajang ziarah sekaligus berwisata mengisi liburan.

Jangan kaget, jika musim liburan tiba jumlah kendaraan yang diparkir mencapai ratusan setiap harinya.

Jika naik bus atau rombongan, dari lahan parkir yang luas ini disediakan berbagai alat transoprtasi yang dapat dipilih oleh para peziarah atau wisatawan, ada ojek sepeda motor, dokar, atau kendaraan angkutan khusus dengan tarif yang sama. Perjalanan menuju ke makam Sunan Kudus cukup mengasyikan dengan pemandangan sudut-sudut Kota Kudus tempo dulu yang masih dapat kita rasakan sampai sekarang.

Yang juga menarik adalah Pemandangan kota tua dengan bangunan kuno dan juga gang-gang sempit dengan bangunan yang menjulang tinggi. Setelah menikmati pemandangan kota tua selama kurang lebih 20 menit kita akan tiba di Komplek Masjid Menara Kudus dan juga Makam Sunan Kudus yang masyhur berbaur dengan ratusan peziarah yang datang silih berganti.
Menara Masjid Kudus Saat Bulan Purnama
Setelah puas berziarah dan melihat keindahan masjid Kuno peninggalan para wali ini kita bisa melanjutkan perjalanan ke Muria, yaitu sebuah gunung yang juga menjadi maskot Kabupaten Kudus, yang di atasnya juga bersemayam Raden Said Sunan Muria yang juga merupakan bagian dari Walisongo.
Tidak mengherankan, jika dimusim liburan seperti ini makam Sunan Muria juga tidak pernah sepi dari peziarah, selain mengharap berkah pada Sunan Muria para peziarah juga bisa menikmati keindahan pemandangan Gunung Muria yang asri dengan Air Terjun Monthelnya.

Demikian sedikit info bagi para pembaca yang ingin mengisi waktu liburan, berwisata sambil berziarah menelusuri jejak para Walisongo di Kota Kudus dan juga Gunung Muria. Sesampainya di kota ini Kita jangan lupa menu masakan khas Kota Kudus, seperti soto Kudus, lenthog Kudus, dan juga oleh-oleh jenang Kudus.

#AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..

Saturday 20 July 2019

WISATA RELIGI - ZIARAH SYECH JANGKUNG (SARIDIN)


#AKAtrans Blora - Hampir sebagian besar warga Pati, Jawa Tengah dan sekitarnya, nama Syekh Jangkung tidak bisa dilepaskan dengan cerita mengenai kesaktian Syekh Jangkung atau juga dikenal sebagai Saridin yang begitu melegenda. Menurut Babad Pati, Saridin adalah anak angkat Ki Ageng Kingiran yang ditemukan di pinggir sungai. Lalu oleh Ki Ageng Kingiran bayi tersebut diambil dan diberi nama Saridin. Selama ini Ki Ageng Kingiran memang mendambakan anak lelaki meski telah memiliki putri yang bernama Sumiyem.

Saat sudah dewasa Sumiyem diperistrikan oleh seorang laki-laki bernama Branjung, sedangkan Saridin dikawinkan dengan gadis bernama Sumirah.Dalam satu versi dikisahkan jika Saridin muda pernah berguru ke Sunan Kalijaga sehingga dia ini memiliki ilmu kesaktian yang cukup lumayan. Seiring perjalanan waktu Ki Ageng Kingiran orangtua angkat Saridin yang sudah tua berpesan, jika dia meninggal, maka pohon durian miliknya akan diwariskan kepada Saridin dan Branjung suami dari Sumiyem. Ki Ageng Kingiran berpesan jika siang durian tersebut merupakan bagiannya Branjung sedang kalau malam bagiannya Saridin. Bila ada yang jatuh siang menjadi rejeki Branjung sedangkan kalau jatuh malam hari maka rejekinya Saridin.

Ternyata durian tadi kalau siang tidak ada yang jatuh. Sedangkan kalau malam banyak yang jatuh. Branjung mulai merasa iri hatinya dan timbul dalam pikirannya ingin menyamar menjadi harimau untuk menakut-nakuti Saridin. Setelah merubah dirinya menjadi harimau maka segera memanjat pohon durian, Saridin tahu kalau ada harimau di pohon durian segera ditombak kena dan mati. Setelah harimau mati, berubah lagi menjadi manusia. Oleh petinggi Pati, Saridin didakwa telah melakukan pembunuhan sehingga harus dijatuhi hukuman. 

Kemudian Saridin dipenjara oleh penguasa Pati. Sebelum dipenjara, Saridin bertanya apakah boleh pulang jika kangen anak dan istrinya.Petugas menjawab “boleh, asal bisa” . Dan terbukti beberapa kali Saridin bisa pulang, keluar dari penjara di malam hari dan kembali lagi esok harinya. Hal ini tentunya membuat penguasa Pati jengkel lalu Saridin dikenai hukuman gantung. Tapi saat digantung para petugas tidak mampu menarik talinya karena terlalu berat.

Saridin menawarkan ikut membantu, dijawab oleh Adipati “boleh, asal bisa”. Dan karena izin itu Saridin lepas dari talinya, lalu ikut menarik tali gantungan. Adipati semakin murka, dan menyuruh membunuh Saridin saat itu juga. Lalu Saridin memutuskan melarikan diri dan berguru pada Sunan Kudus. Di sini Saridin tidak berhenti menunjukkan kesaktiannya, malah semakin menonjol. Saat disuruh bersyahadat oleh Sunan Kudus, para santri lain memandang remeh pada Saridin, apa mungkin dia bisa mengucapkannya dengan benar. Tapi yang terjadi sungguh di luar dugaan semua orang. Saridin justru lari, memanjat pohon kelapa yang sangat tinggi, dan tanpa ragu terjun dari atasnya. Sampai di tanah, dia tidak apa-apa. Semua pada heran pada apa yang terjadi.

Sunan Kudus menjelaskan, bahwa Saridin bukan cuma mengucapkan syahadat, tapi seluruh dirinya bersyahadat, menyerahkan seluruh keselamatan dirinya pada kekuasaan tertinggi. Kalau sekedar mengucapkan kalimat syahadat, anak kecil juga bisa. Namun Saridin masih tetap dilecehkan oleh para santri. Saat ada kegiatan mengisi bak air untuk wudhu, Saridin bukannya diberi ember, malah diberi keranjang. Tapi dengan keranjang itu pula Saridin bisa mengisi penuh bak air. Saat Saridin mengatakan bahwa semua air ada ikannya, tidak ada yang percaya. Akhirnya dibuktikan, mulai dari comberan, air kendi sampai air kelapa, ketika semua ditunjukkan di depan Saridin, semua ada ikannya.

Mungkin Karena Saridin terlalu jumawa dan pamer kelebihan sehingga dia akhirnya diusir Sunan Kudus, harus keluar dari tanah Kudus. Singkat cerita, Saridin lalu bertemu dengan Sunan Kalijaga gurunya terdahulu. Kemudian Saridin diperintahkan untuk bertapa di lautan, dengan hanya dibekali dua buah kelapa sebagai pelampung. Tidak boleh makan kalau tidak ada makanan yang datang, dan tidak boleh minum kalau tidak ada air yang turun.

Pasca berhari-hari bertapa di laut dan hanyut terbawa ombak akhirnya dia terdampar di salah satu kerajaan di Pulau Sumatera yang belum masuk dalam kekuasaan Kerajaan Mataram. Raja tersebut menganggap remeh Sultan Agung. Saridin menyela omongan Raja tersebut, dia merasa terpanggil sebagai seorang yang sama-sama dari Tanah Jawa. Dia mengaku sebagai hamba Mataram yang mau menguji kesaktian dengan sang raja.

“Aku bisa menghitung kekuatan pasukan kerajaan ini, yang paduka gelar di alun-alun kerajaan,” kata Saridin. Ribuan pasukan itu telah siap siaga untuk melawan Sultan Agung Mataram.“Ya, coba kalau bisa kamu menghitung ribuan pasukanku dengan tepat, aku akan mengaku kalah sama kamu, Saridin,”.  

Kemudian Saridin melesat dengan cepat ke atas, berlari dari ujung ke ujung tombak yang mengacung ke langit. Semua dihitung dengan cepat seperti kilat. Dia kemudian berada dihadapan raja dengan menebak jumlah pasukan yang berbaris. Raja itu pun tertunduk, bergetar dan ciut nyalinya menghadapi kesaktian Saridin. Seketika itu raja takluk dihadapan Saridin, namun dia tidak menerima sembah bakti. Saridin menyarankan untuk tunduk kepada Sultan Agung saja, sebab Saridin adalah salah satu hamba dari Mataram. Dengan demikian raja tersebut tunduk-takluk kepada Sultan Agung tanpa perlawanan sama sekali. Selain sakti mandraguna, Saridin juga dikenal sebagai ahli berdakwah Agama Islam. Beramal ibadah, membantu kaum du’afa dan para fakir-miskin. Ketenaran Saridin sampai ke wilayah Mataram. Kehebatan Syeh Jangkung akhirnya sampai di telinga Sultan Agung Raja Mataram. Sultan Agung sedang bingung karena warga di Alas Roban mengadu karena saat ini banyak warga yang menderita karena Ki Jati, penguasa alas Roban sangat kejam dan banyak membunuh warga yang akan membuka ladang di daerah itu.

Ki Jati adalah orang yang sangat sakti yang bisa berubah menjadi siluman ular yang sangat ganas. Tidak itu saja. Ki Jati yang menganut aliran sesat, selalu menculik gadis-gadis muda di sekitar alas roban untuk dijadikan tumbal agar dia tetap digdaya dengan ilmu hitamnya. Sultan Agung lalu minta tolong pada Syeh Jangkung untuk menumpasnya. Syeh Jangkung lalu mendatangi Ki Jati. Terjadilah pertarungan hebat antara Syeh Jangkung dengan Ki Jati. Ki Jati kalah dan Syeh Jangkung minta agar Ki Jati berjanji akan meninggalkan alas roban. Namun Ki Jati masih menyimpan dendam pada Syeh Jangkung.  Atas jasa menumpas penguasa Alas Roban, Syeh Jangkung mendapat hadiah dari penguasa Mataram, Sultan Agung, untuk mempersunting kakak perempuannya, Retno Jinoli. Saat Syech Jangkung
berbahagia akan melaksanakan pernikahannya, Ki Jati yang masih dendam raganya masuk kedalam Retni Jinoli. Syeh Jangkung kini harus berhadapan dengan siluman ular Alas Roban yang merasuk ke dalam diri Retno Jinoli. Dengan Syeh Jangkung merukyah calon istrinya. Istri Syeh Jangkung sembuh dan siluman ular yang masuk ke raga Retno Jinali keluar. Syeh Jangkung marah hingga akhirnya dapat membunuh Ki Jati Wanita trah Keraton Mataram itu lalu menjadi istri sah Syeh Jangkung dan diboyong ke Miyono.

Saat usia Syech Jangkung mendekati senja dia memilih hidup sebagai petani dengan membuka perkampungan baru di kawasan Pati, Jawa Tengah. Dalam perjalanan mencari perkampungan sampailah di Desa Lose. Di sini, dia bertemu dengan tujuh orang yang sedang memperbaiki atap sebuah rumah.
Makam Gus Momot (Putra Syech Jangkung)
LALU DARISINILAH SYEKH JANGKUNG INGIN MEMBUKTIKAN KEBAIKAN PERILAKU KETUJUH ORANG TERSEBUT. LANTAS, DIA MENGALIHKAN PERHATIAN MEREKA DENGAN BERTANYA APAKAH ADA WARGA SEKITAR YANG AKAN MENJUAL KERBAU. MAKSUD SYEKH JIKA ADA MAKA DIA INGIN MEMBELI DUA EKOR DENGAN ALASAN UNTUK KEPERLUAN MEMBAJAK SAWAH.

Ke tujuh orang melihat pakaian Syekh Jangkung yang compang-camping tidak mengindahkan pertanyaan tersebut. Malah menghinanya dengan jawabannya yang menyakitkan. Mereka mengatakan di desanya tidak akan ada orang menjual kerbau padanya. Namun, bila mau dia akan diberi kerbau yang sudah mati. Di luar perkiraan ke-tujuh orang itu, Syekh Jangkung menerima tawaran mereka. Lalu berangkatlah mereka bersama menuju tempat kerbau mati. Syekh Jangkung lantas menatap seonggok kerbau yang sudah tidak bergerak itu. Badannya sangat besar dengan tanduk yang sudah melengkung. Melihat kerbau itu, Syekh Jangkung lantas salat dan meminta kepada Allah agar kerbau itu dihidupkan kembali. 

“Sekarang bangunlah,” ujar Syekh Jangkung sambil mengelus-elus tanduk kerbau itu. Aneh bin ajaib, tiba-tiba kerbau itu mengibaskan ekornya menandakan dia hidup kembali. Tahu kejadian ajaib itu serta merta ke tujuh orang yang semula meremehkan diri Syech Jangkung langsung bersujud untuk menyampaikan permintaan maafnya. Sejak itu Syekh Jangkung membuka perkampungan di tempat ke tujuh orang tersebut. Yang lantas dikenal dengan nama Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Pati. 

Sebelum meninggal dunia, Syekh Jangkung berpesan agar kelak kerbau itu disembelih dan dibagikan kepada seluruh penduduk. Tapi, ketika dia meninggal dunia, kerbau itu menghilang dan baru muncul pada hari ke 40. Oleh anaknya, kerbau itu disembelih dan dibagikan kepada penduduk Landoh. Sementara itu, kulitnya (lulang) disimpan dengan rapi.

Suatu ketika ada seorang pedagang yang kehilangan sabuk pengikat barang dagangan. Dia mengadu kepada Tirtokusumo, anak Syekh Jangkung yang akhirnya memberikan tulang kerbau peninggalan ayahnya. Namun, di pinggir kampung sapi yang mengenakan tulang kerbau itu mengamuk. Tak seorang pun yang berhasil membunuhnya. Anehnya, sapi itu tiba-tiba menjadi kebal terhadap senjata. Ketika sapi itu kelelahan, Tirokusumo mengambil tulang kerbau itu. Dan, sapi itupun dengan mudah bisa dibunuh dengan tombak. Dari kejadian tersebut, akhirnya masyarakat yakin jika tulang Kebo Landoh adalah jimat sakti untuk kekebalan. Tirtokusumo kemudian membagikan lulang-lulang itu (dalam ukuran kecil) kepada penduduk Desa Landoh, termasuk Sultan Agung.

#AKAtrans Blora, Menyediakan Layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..