Ketika kita sudah merasa bahwa pantai
dan gunung overrated, mungkin sudah saatnya kita harus menjelajahi hutan-hutan
menakjubkan yang ada di Indonesia ini. Berikut sedikit artikel sebagai refrensi
“before you lost in the junggle” hehe..
HUTAN BUKIT BANGKIRAI
Bukit Bangkirai adalah nama salah
satu lokasi wisata di Kabupaten Kutai Kertanegara di Kalimantan Timur,
Indonesia. Dimana lokasi wisata ini menyuguhkan keindahan alam Hutan Tropis dan
Canopy Bridge (Jembatan Tajuk). Jembatan Tajk yang ada di Kalimantan Timur ini
adalah jembatan tajuk yang pertama kali di bangun di Indonesia pada tahun 1998
dan diperkirakan bisa bertahan hingga 15-20 tahun-an.
Bahwa Kawasan bukit bangkirai
merupakan Kawasan Hutan Konservasi yang luasnya sekitar 1500 Ha, dan pada tahun
1998 510 Ha dari luas kawasan tersebut telah diresmikan sebagai
kawasan wisata. Keunikan wisata di Bukit Bangkirai adalah Canopy Bridge atau
Jembatan Tajuk. Canopy Bridge memiliki total panjang sekitar 64 meter.
Terdapat 4 jembatan yang saling terhubung. Namun, kondisi saat ini ada satu
jembatan panjang yang mengalami kerusakan dan tidak diperkenankan untuk dinaikin,
sebelum dilakukan perbaikan demi keamanan. Kawasan wisata bukit bangkirai,
memiliki fasilitas yang cukup lengkap. Terdapat beberapa cottage untuk menginap
yang telah dilengkapi listrik dan ada juga yang belum dilengkapi listrik (jika
pengunjung benar2 ingin merasakan hidup di alam). Selain cottage, ada juga
fasilitas lainnya seperti Lamin tempat pertemuan, Kolam renang, restaurant dan
lapangan hijau kecil untuk kegiatan outdoor dalam skala kecil maupun besar.
Agar kita bisa menuju canopy bridge,
kita bisa berjalan melalui Trek yang sudah tersedia. Trek Pertama kita
akan melalui jalan setapak kecil di dalam hutan sejauh 150 meter, dan kita
sudah bisa menikmati aroma lembab Hutan Hujan Tropis Kalimantan , suara satwa
dan pepohonan besar Dipterocarpaceae yang sebagian sudah di beri nama. Sehingga
kita bisa dengan mudah mengetahui jenis pohon tersebut. Untuk Lanjut Trek kedua
kita akan berjalan di jalan setapak di dalam hutan hujan tropis sejauh 300
meter, Takkan pernah kita merasa bosan berada didalam hutan dengan keunikan
serta keanekaragaman pohon dan satwa yang tersuguh didalamnya. Amazing..
HUTAN ARFAK
Ternyata Hutan hujan tropis di
Pegunungan Arfak telah lama menarik para wisatawan asing. Mereka mengunjungi
kawasan itu untuk melihat hewan dan tumbuh-tumbuhan yang merupakan spesies
endemik New Guinea di wilayah itu. Terletak di selatan kota Manokwari – ibu
kota Provinsi Papua Barat, Pegunungan Arfak dapat dicapai dengan sepeda motor
atau mobil. Flora dan fauna di
daerah-daerah dataran rendah berbeda dengan yang hidup di dataran tinggi.
Contohnya, magnificent birds of paradise dan bower birds pada umumnya ditemukan
di lereng yang dekat dengan puncak-puncak pegunungan. Bagi turis yang ingin
melihat kanguru pohon, burung taun-taun (hornbills) serta kakatua putih
(sulphur-crested cockatoo), tujuan yang direkomendasikan adalah kampung-kampung
di kawasan pantai seperti Warkapi, Hangow atau Ransiki.
kegiatan pengamatan burung di hutan
tropis biasanya cukup sulit jika dilakukan di dalam hutan khususnya
ketika kita berjalan menerobos pepohonan yang lebat di bawah kanopi hutan.
Cahaya matahari tidak dapat dengan mudah menembus kanopi yang dipadati tumbuhan
hijau. Untuk mengambil foto-foto burung, kita membutuhkan kamera lensa panjang.
Jangan lupa membawa baterai tambahan karena listrik tidak selalu tersedia. juga selalu membawa kantong plastik
yang besar di dalam saku tas untuk melindungi peralatan elektronik jika hujan
turun. Berjalan di malam hari, dengan dituntun oleh penduduk setempat, dapat
pula dilakukan di Warkapi jika turis ingin melihat binatang-binatang malam
seperti kuskus dan burung hantu dll.
HUTAN LORE LINDU
Destinasi wisata Hutan ini dapat
dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu tempuh
2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km) empat jam. Palu-
Kulawi (80 km) enam jam. Perjalanan di dalam kawasan dapat dilakukan dengan
jalan kaki ataupun dengan naik kuda dengan route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga
hari dan Saluki (Sidaonta) – Danau Lindu selama satu hari. hutan ini memiliki
berbagai tipe ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan
pegunungan sampai hutan dengan komposisi jenis yang berbeda-beda. Banyak Tumbuhan
yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan bawah antara lain
Eucalyptus deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon,
Castanopsis argentea, Agathis philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan
obat, dan rotan, dsb.
Letak Hutan sub-alpin di taman
nasional ini berada diatas ketinggian 2.000 meter dpl. Keadaan hutannya sering
diselimuti kabut, dan sebagian besar pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi
lumut. Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu 117
jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih
dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini merupakan endemik Sulawesi
diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa
babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus
(Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo
(Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi
(Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus
celebensis), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe
erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus
sarasinorum).
selain kekayaan dan keunikan
sumberdaya alam hayati, taman nasional ini juga memiliki kumpulan batuan
megalitik yang bagus dan merupakan salah satu monumen megalitik terbaik di Nusantara.
HUTAN BETUNG KERIHUN
Hutan ini memiliki keanekaragaman
ekosisten sangat tinggi dan keadaan vegetasi hutannya masih baik dan relatif
utuh. Ada 8 jenis ekosistem hutan di sini, meliputi Hutan Dipterocarpaceae
Dataran Rendah (Lowland Dipterocarp Forest), Hutan Aluvial (Aluvial Forest),
Hutan Rawa (Swamp Forest), Hutan Sekunder Tua (Old Secondary Forest), Hutan
Dipterocarpaceae Bukit (Hill Dipterocarp Forest), Hutan Berkapur (Limestone
Forest), Hutan Sub Gunung (Sub-Montane Forest) dan Hutan Gunung (Montane
Forest). Juga Di hutan ini juga terdapat berbagai ragam jenis fauna antara lain
48 jenis mamalia, disamping 18 jenis mamalia besar jenis Chiroptera (Kelelawar)
dan 17 jenis binatang pengerat juga ditemukan. Terdapat juga 7 jenis primata
yakni Orangutan (Pongo pygmaeus), Kelampiau (Hylobates muelleri), Hout
(Fresbytis frontata), Kelasi (Presbytis rubicunda), Beruk (Macca nemestrina),
Kera (Macca fascicularis), dan Tarsius (Tasrius bancanus). Selain itu terdapat
pula jenis avifauna (burung) diantaranya burung Enggang Gading (Buceros vigil)
dan Ruai (Argusianus argus) yang tergolong dalam jenis burung dilindungi oleh
UU.
Ternyata Keanekaragaman jenis
herpetofauna (reptilia dan amfibia) di taman Nasional Betung Kerihun juga
tinggi. Dari 1.500 spesimen yang berhasil dikumpulkan, 103 jenis dapat
diidentifikasi dan terdiri atas 51 jenis amfibi, 26 jenis kadal, 2 jenis buaya,
3 jenis kura-kura air tawar dan 21 jenis ular. Sedangkan dari spesimen ikan
yang diambil dari 123 stasiun di 36 sungai besar dan kecil, terdapat 14 jenis
diantaranya adalah endemik borneo. Selain itu keanekaragaman jenis serangga
tidak kurang dari 170 jenis yang sudah diidentifikasi. Keren..
HUTAN WASUR
Selanjutnya, Taman Nasional Wasur di
Merauke. hutan merupakan bagian dari lahan basah terbesar di Papua dan masih
alami. Biodiversitasnya membuat taman nasional ini dijuluki sebagai “Serengeti
Papua”. Merauke merupakan destinasi yang cukup spesial bagi pelancong. Bukan
karena destinasi lain di Indonesia tidak spesial, tetapi Merauke merupakan
tujuan impian orang dari Sabang sampai Jayapura. Ada Banyak danau kecil di TN
Wasur. Sekitar 70 persen dari luas kawasan taman nasional berupa vegetasi
savana, sedang lainnya berupa vegetasi hutan rawa, hutan musim, hutan pantai,
hutan bambu, padang rumput dan hutan rawa sagu yang cukup luas. Jenis tumbuhan
yang mendominasi hutan di kawasan TN ini antara lain api-api (Avicennia sp.),
tancang (Bruguiera sp.), ketapang (Terminalia sp.), dan kayu putih (Melaleuca
sp.).
Berbagai Jenis satwa yang umum
dijumpai antara lain kanguru pohon (Dendrolagus spadix), kesturi raja
(Psittrichus fulgidus), kasuari gelambir (Casuarius casuarius sclateri), dara
mahkota/mambruk (Goura cristata), cendrawasih kuning besar (Paradisea apoda
novaeguineae), cendrawasih raja (Cicinnurus regius rex), cendrawasih merah
(Paradisea rubra), buaya air tawar (Crocodylus novaeguineae), dan buaya air
asin (C. porosus). Lahan basah di taman nasional ini merupakan ekosistem yang
paling produktif dalam menyediakan bahan pakan dan perlindungan bagi kehidupan
berbagai jenis ikan, udang dan kepiting yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup
besar. Berbagai jenis satwa seperti burung migran, walabi dan kasuari
sering datang dan menghuni Danau Rawa Biru. Oleh karena itu, Danau Rawa Biru
disebut “Tanah Air” karena ramainya berbagai kehidupan satwa. Lokasi ini sangat
cocok untuk mengamati atraksi satwa yang menarik dan sangat indah.
HUTAN HALIIMUN SALAK
Destinasi wisata hutan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak merupakan kawasan hutan hujan pegunungan yang
tersisa dan terluas di Jawa Barat. Kawasan ini merupakan ekosistem hutan alam
yang memiliki sumber plasma nutfah dan keanekaragaman tumbuhan dan satwa. Jenis
pohon penting yang ada diantaranya adalah rasamala (Altingia exselsa) dan di
kawasan ini masih dapat dijumpai primata langka dilindungi yaitu owa dan
surili. Hutan ini telah menjadi salah satu lokasi populer untuk trekking,
seperti pengalaman seorang wisatawan yang dituangkan dalam blognya, tarakaisme.
“Kegiatan hari ini, kami akan treking menyusuri hutan Taman Nasional Gunung
Halimun Salak. Sebenarnya kami berharap bisa naik ke Canopy Trail, Jembatan
gantung sepanjang 100 m dengan ketinggian 20-25 m. Di atas pasti pemandangannya
lebih amazing. Sayang sekali Canopy Trail ditutup Karena alasan keamanan.
Canopy Trail yang dibangun tahun 1998 merupakan bantuan pemerintah Jepang untuk
keperluan penelitian itu menjadi terlantar dan tak terawat.
Ok, bro and sista.. perjalanan
diteruskan, melintasi tanah gembur, pohon pohon tinggi besar, menyeberang
sungai, bertemu sumber mata air pegunungan yang segar, diselingi suara-suara
burung dan suara air di sungai dibawah sana. Hutan ini begitu subur dan lebat.
Anak-anak yang berjalan di depan kemudian beruntung mereka sempat melihat
penampakan beberapa owa (atau lutung?) satu diantaranya mengendong bayi owa
(atau lutung?) luar biasa..
HUTAN KAYAN MENTARANG
Semua sudah mahfum, bahwa Taman
Nasional Kayan Mentarang adalah hutan primer dan sekunder terbesar, yang meliputi
wilayah seluas 1.360.500 HA. Taman ini
terletak di Bulungan, Kalimantan Timur, Indonesia, dengan cuaca lembab dan suhu
sekitar 16 ° C – 30 ° C. Taman Nasional ini memiliki ketiggian 200 – 2258 meter
di atas permukaan laut dan memiliki sekitar 3.100 mm curah hujan per tahun. Karena
lokasi geografis, taman nasional ini diberkati dengan berbagai keanekaragaman
hayati, mulai dari daerah dataran hutan hujan tropis sampai di daerah
pegunungan, yang menjadi kepompong untuk berbagai jenis tumbuhan dan hewan
langka, diantaranya..
Macan dahan (Neofelisnebulosa), Lutung
dahi putih (Presbytisfrontatafrontata), Beruang madu (Helarctosmalaynuseuryspilus),
Banteng (Bos javanicus lowi) dll.
Berbagai macam anggrek, Pulai (Alstoniascholaris),
Kayuulin (Eusideroxylonzwageri), Gaharu (Aquilariamalacensis), Agathis (Agathisborneensis),
Kantong semar, Aren (Arengapinnata), Palem
hutan, Ramin (Gonystylusbancanus), Jelutung ,(Dyeracostulata) Rengas (Glutawalichii)
dll. Dan masih banyak tumbuhan yang belum teridentifikasi, dan dianggap baru di
Indonesia. terdapat 100 spesies mamalia (15 jenis diantaranya endemik), 8 jenis
primata, lebih dari 310 jenis burung, dan 28 jenis diantaranya adalah endemik
Kalimantan dan telah didaftarkan oleh ICBP (Komite Internasional untuk
perlindungan burung) karena merupakan spesies yang terancam punah.
Juga Ada sekitar 20.000 – 25.000
orang suku Dayak, yaitu Dayak Kenyah, Punan, Lun Daye, dan Lun Bawang, tinggal
di sekitar taman nasional ini. Mereka hidup berdampingan dengan lingkungannya
dalam referensi pengetahuan lokal dan kesederhanaan. Keunikan itu terlihat
dalam cara mereka melestarikan keanekaragaman alam. Banyak jenis warisan
arkeologi seperti tempat pemakaman dan peralatan batu kuno dapat ditemukan di
Taman Nasional ini. Diperkirakan bahwa Taman Nasional Kayan Mentarang merupakan
salah satu situs arkeologi utama di pulau Kalimantan ini.
#AKAtrans Blora, solusi jitu bagi anda yang butuh
layanan transportasi yang Aman dan Nyaman.
No comments:
Post a Comment