Kabupaten Toraja Utara (Rantepao)
sangat dikenal wisatawan mancanegara. Meski jarak dari Makassar (SulSel) ke
Toraja memakan waktu hampir 8 jam lewat darat, tetap tak menyurutkan wisatawan
untuk datang ke destinasi wisata yang sarat adat istiadat yang unik penuh
mistis dan menarik tersebut.
MUSEUM NE’GANDENG
Destinasi ini Lokasinya berada di tengah sawah, di Desa Palangi, Kecamatan Sa'dan Balusu. kita akan melewati Jembatan Ne' Gandeng yang dibangun oleh Yayasan Keluarga Besar Ne' Gandeng. Ditambah lagi pemandangan sawah di kiri-kanan jalan begitu memesona. Museum ini layak jual untuk wisatawan. Coba kalau padi di kiri-kanan jalan ini pas menguning, pasti berjalan menuju Museum Ne' Gandeng sangat dinikmati dan ditunggu-tunggu wisatawan.
Destinasi ini Lokasinya berada di tengah sawah, di Desa Palangi, Kecamatan Sa'dan Balusu. kita akan melewati Jembatan Ne' Gandeng yang dibangun oleh Yayasan Keluarga Besar Ne' Gandeng. Ditambah lagi pemandangan sawah di kiri-kanan jalan begitu memesona. Museum ini layak jual untuk wisatawan. Coba kalau padi di kiri-kanan jalan ini pas menguning, pasti berjalan menuju Museum Ne' Gandeng sangat dinikmati dan ditunggu-tunggu wisatawan.
Petrus Pasulu, anak bungsu Ne'
Gandeng dari 11 bersaudara menuturkan tempat ini awalnya merupakan tempat
pelaksanaan prosesi pemakaman Ne’ Gandeng yang meninggal pada tanggal 3 Agustus
1994. Menurut Petrus, ide pembangunan tempat ini yakni manusia Toraja sangat
menghormati para leluhurnya. Semasa hidup Ne' Gandeng sangat memperhatikan kehidupan
masyarakat sekitar. "Bahkan Ne' Gandeng usulkan listrik masuk desa dan
biayanya dari menjual kerbau," ujar Petrus.
Di Museum Ne' Gandeng, kita akan menemukan pondok permanen yang berbentuk rumah adat Toraja. Pondok ini dimasudkan sebagai tempat menginap keluarga dan tamu yang datang melayat. Di tempat inilah, selain digunakan oleh keturunan Ne' Gandeng untuk melaksanakan prosesi pemakaman adat Toraja juga diperuntukkan bagii siapa saja warga Toraja yang ingin menggelar acara serupa.
Di Museum Ne' Gandeng, kita akan menemukan pondok permanen yang berbentuk rumah adat Toraja. Pondok ini dimasudkan sebagai tempat menginap keluarga dan tamu yang datang melayat. Di tempat inilah, selain digunakan oleh keturunan Ne' Gandeng untuk melaksanakan prosesi pemakaman adat Toraja juga diperuntukkan bagii siapa saja warga Toraja yang ingin menggelar acara serupa.
RANTEALLO
Disini, di Ranteallo, Kecamatan Tallunglipu, ini kita akan menemukan rumah adat Toraja yang posisinya saling berhadap-hadapan. Yang unik, di rumah-rumah warga yang berada di belakang rumah adat ditemukan kandang babi & kerbau.
Disini, di Ranteallo, Kecamatan Tallunglipu, ini kita akan menemukan rumah adat Toraja yang posisinya saling berhadap-hadapan. Yang unik, di rumah-rumah warga yang berada di belakang rumah adat ditemukan kandang babi & kerbau.
Bagi warga Toraja, babi dan
kerbau merupakan persembahan pada upacara adat. Mau tahu berapa berat dan
harganya? Babi di Ranteallo ini memiliki berat di atas 200 kilogram seharga Rp
15 juta. Sementara kerbau belang di sini seharga sekitar Rp 500 juta sampai Rp
600 juta.
BORI
kemudian Perjalanan dilanjutkan menuju Kompleks Megalit Kalimbuang Bori, Kecamatan Sesean. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 per orang, kita akan memasuki Situs purbakala Bori Parinding yakni kawasan kuburan batu dan rante yakni lapangan rumput yang khusus digunakan untuk upacara penguburan. Tempat ini juga dipenuhi batu menhir (batu berdiri).
kemudian Perjalanan dilanjutkan menuju Kompleks Megalit Kalimbuang Bori, Kecamatan Sesean. Dengan membayar tiket masuk sebesar Rp 10.000 per orang, kita akan memasuki Situs purbakala Bori Parinding yakni kawasan kuburan batu dan rante yakni lapangan rumput yang khusus digunakan untuk upacara penguburan. Tempat ini juga dipenuhi batu menhir (batu berdiri).
Di Kalimbuang Bori, menhir
didirikan untuk menghormati pemuka adat atau keluarga bangsawan yang meninggal.
Konon, bebatuan menhir ini ada yang berusia hingga ratusan tahun. Belum ada data pasti mengenai jumlah
batu menhir di sini. Ada yang menyebut 102 buah, yakni terdiri dari 54 menhir
kecil, 24 sedang dan 24 batu ukuran besar.
KETE KESU
kete kesu ini Dikenal sebagai desa wisata di Kabupaten Toraja Utara. Letak Kete Kesu sekitar 4 kilometer sebelah tenggara Rantepao. Di Kete Kesu terdapat peninggalan purbakala berupa kuburan batu yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Teruslah berjalan mendekati tebing dan menaiki tangga.
kete kesu ini Dikenal sebagai desa wisata di Kabupaten Toraja Utara. Letak Kete Kesu sekitar 4 kilometer sebelah tenggara Rantepao. Di Kete Kesu terdapat peninggalan purbakala berupa kuburan batu yang diperkirakan berusia ratusan tahun. Teruslah berjalan mendekati tebing dan menaiki tangga.
Di sini kita akan menemukan
kuburan batu yang menyerupai sampan atau perahu yang menyimpan sisa-sisa tengkorak dan tulang manusia. Hampir semua
kuburan batu diletakkan menggantung di tebing atau goa. Terkadang tengkorak dan
tulang berserakan di samping peti jenasah.
Beberapa makam adat di Kete Kesu terlihat ditutup dengan jeruji besi untuk mencegah pencurian patung jenazah adat. Beberapa jenazah dapat dilihat jelas dari luar bersama dengan harta yang dikuburkan di dalamnya. Peti mati tradisional di Kete Kesu tidak hanya berbentuk seperti perahu, namun juga ada yang berbentuk kerbau dan babi dengan pahatan atau ukiran rapi. peti berukir kerbau berarti jenazah laki-laki, sedangkan peti berukir babi melambangkan jenazah perempuan.
Beberapa makam adat di Kete Kesu terlihat ditutup dengan jeruji besi untuk mencegah pencurian patung jenazah adat. Beberapa jenazah dapat dilihat jelas dari luar bersama dengan harta yang dikuburkan di dalamnya. Peti mati tradisional di Kete Kesu tidak hanya berbentuk seperti perahu, namun juga ada yang berbentuk kerbau dan babi dengan pahatan atau ukiran rapi. peti berukir kerbau berarti jenazah laki-laki, sedangkan peti berukir babi melambangkan jenazah perempuan.
Setelah Lelah naik dan turun
tangga di Kete Kesu, deretan toko suvenir sudah menanti kita untuk membeli
oleh-oleh khas Toraja. wisman yang
mengunjungi Toraja didominasi wisatawan Perancis, Spanyol, Belanda, Italia dan Jerman.
Apalagi di Toraja hampir setiap saat ditemukan upacara adat.
PALLAWA
perjalanan kita dilanjutkan menuju Pallawa, sekitar 12 km dari Kota Rantepao, Ibu Kota Kabupaten Toraja Utara. Di sini, akan dijumpai rumah adat Toraja yang dinamakan Tongkonan, di mana atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu.
perjalanan kita dilanjutkan menuju Pallawa, sekitar 12 km dari Kota Rantepao, Ibu Kota Kabupaten Toraja Utara. Di sini, akan dijumpai rumah adat Toraja yang dinamakan Tongkonan, di mana atapnya melengkung menyerupai perahu, terdiri atas susunan bambu.
Namun saat ini sebagian bahan
tongkonan menggunakan atap seng. Yang unik, di bagian depan terdapat susunan
tanduk kerbau. Bagian dalam ruangan dijadikan tempat tidur dan dapur. Tongkonan
digunakan juga sebagai tempat untuk menyimpan mayat.
Sebelah kanan rumah adat Toraja biasanya ada lumbung. Kadang bangunan lumbung lebih bagus ketimbang rumah tempat tinggal. "Lumbung untuk menyimpan padi. Rumah itu lambang ibu, kalau lumbung simbol bapak karena bapak yang membuka lahan.
Sebelah kanan rumah adat Toraja biasanya ada lumbung. Kadang bangunan lumbung lebih bagus ketimbang rumah tempat tinggal. "Lumbung untuk menyimpan padi. Rumah itu lambang ibu, kalau lumbung simbol bapak karena bapak yang membuka lahan.
BATUTUMONGA
perjalanan Batutumonga, di Deri 1 dan Tinambayo Lempo. Di sini terhampar sawah yang luas dan batu-batu besar teronggok di sembarang tempat. Keberadaan batu-batu besar ini bagi warga Toraja dijadikan sebagai liang atau kuburan batu. Biasanya satu keluarga memiliki satu tempat khusus. "Setiap tahun ada bersih-bersih kuburan, biasanya setelah panen. Baju jenazah yang disimpan diganti. Tandanya ada pintu, berarti ada jenazah..
Batutumonga terletak sekitar 24 km dari Kota Rantepao, lokasinya di lereng Gunung Sesean. Dari sini, wisatawan bisa melihat panorama alam yang sangat indah, seperti hamparan sawah yang tersusun rapi atau mirip dengan persawahan di Bali, dan Kota Rantepao dilihat dengan jelas.
perjalanan Batutumonga, di Deri 1 dan Tinambayo Lempo. Di sini terhampar sawah yang luas dan batu-batu besar teronggok di sembarang tempat. Keberadaan batu-batu besar ini bagi warga Toraja dijadikan sebagai liang atau kuburan batu. Biasanya satu keluarga memiliki satu tempat khusus. "Setiap tahun ada bersih-bersih kuburan, biasanya setelah panen. Baju jenazah yang disimpan diganti. Tandanya ada pintu, berarti ada jenazah..
Batutumonga terletak sekitar 24 km dari Kota Rantepao, lokasinya di lereng Gunung Sesean. Dari sini, wisatawan bisa melihat panorama alam yang sangat indah, seperti hamparan sawah yang tersusun rapi atau mirip dengan persawahan di Bali, dan Kota Rantepao dilihat dengan jelas.
waktu yang paling baik
mengunjungi Batutumonga sekitar bulan Maret dan April atau saat musim panen
padi berlangsung.
Jika perut keroncongan atau ingin menginap, jangan khawatir. Pasalnya di Batutumonga yang berada di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut ini tersedia tempat penginapan ataupun kafe untuk santap siang. Sewa tempat penginapan berbentuk rumah adat Toraja.
Jika perut keroncongan atau ingin menginap, jangan khawatir. Pasalnya di Batutumonga yang berada di ketinggian 1.800 meter di atas permukaan laut ini tersedia tempat penginapan ataupun kafe untuk santap siang. Sewa tempat penginapan berbentuk rumah adat Toraja.
#AKAtrans Blora menyediakan layanan
transportasi yang Aman dan Nyaman. Murah, mudah dan menguntungkan.
No comments:
Post a Comment