Thursday, 29 September 2016

WISATA BUDAYA MALAM SURO


Menyambut datangnya (malam) tahun baru Islam 1438 (Hijriyah) yang dalam terminologi dan budaya jawa  juga dikenal dengan (malem Suro). pada kesempatan kali ini kita akan mencoba berbagi informasi unik tentang (wisata) Grebeg Suro yag ada Surakarta, Yogya, Purwokerto dan daerah di jawa lainya. Hasil wawancara langsung dari beberapa masyarakat di dapat informasi megenai Grebeg suro disebut juga dengan kirab pusaka” Kirab pusaka adalah upacara adat yang dilaksanakan oleh keraton Solo, yogya dan masyarakat jawa lainya, yang merupakan budaya yang sudah turun menurun dilingkungan keraton” Upacara grebeg suro tidak hanya sebagai sarana memanjatkan doa dan mencari berkah saja tetapi juga sebagai bentuk penyampaian nilai moral kepada masyarakat disekitarnya”

Salah satu upacara atau slametan yang dilakukan di Jawa ialah upacara tahun baru Jawa yang jatuh setiap malam saatu Suro . Malam satu Suro tidak disambut dengan kemeriahan dan kemegahan apalagi  hura-hura, namun dilewati dengan berbagai ritual sebagai bentuk kontemplasi dan introspeksi diri bagi sebagaian besar masyarakat Jawa.
 
Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa, di bulan Suro yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah, karena kalender Jawa yang diterbitkan Sultan Agung mengacu pada penanggalan Hijriyah (Islam). Satu Suro diperingati pada malam hari setelah Maghrib pada hari sebelum tanggal satu Suro. Hal tersebut karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.

Pada malam  satu Suro, sebagaian besar masyarakat Jawa melakukan ritual tirakatan (menahan hawa nafsu / tidak melakukan hal-hal yang menjadi kesukaannya), lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk) dan tuguran (kontemplasi) untuk lebih mendekatkan diri dengan Ilahi Robbi. Hal itu bisa dilaksanakan dengan kungkum (berendam di sungai-sungai tertentu), menepi atau di rumah. Karena malam satu  Suro mempunyai arti tersendiri (sakral) bagi sebagian besar masyarakat Jawa. Ritual satu Suro sudah dikenal masyarakat Jawa  pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645 Masehi).

Grebeg suro disebut juga dengan kirab pusaka. Kirab pusaka adalah upacara adat yang dilaksanakan oleh keraton dan komunitas masyarakat jawa lainya. merupakan budaya yang secara rutin dilakukan setiap malem suro. Upacara grebeg suro tidak hanya sebagai sarana memanjatkan doa dan mencari berkah saja tetapi juga sebagai bentuk penyampaian nilai moral kepada masyarakat disekitarnya.

Nilai penting upacara grebeg suro yang pertama pada malam menjelang tanggal satu Suro tahun Jawa, pukul 12.00 malam sampai pukul 4.00 pagi.Tahap pelaksanaan antara lain mengadakan doa bersama dan kirab pusaka yang intinya pusaka-pusaka, mengeluarkan Kyai Slamet, mengeluarkan tombak-tombak pusaka, mengeluarkan dupa, terakhir keliling keraton. Peserta dalam kirab pusaka tersebut adalah para abdi dalem dan para putra Sentana dalem dan kebo bule beserta keturunannya. Kedua, nilai moral yang terkandung di dalam upacara grebeg suro adalah nilai keselamatan, nilai keberkahan, nilai ketuhanan, nilai kesejahteraan, dan nilai kegotong-royongan. Ketiga, persepsi masyarakat terhadap nilai moral yang terkandung dalam upacara grebeg suro antara lain adalah mendapatkan ketentraman dan kesejahteraan, mendapatkan berkah, selalu berdoa dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Agung, ritual adat yang sakral yang perlu dilestarikan. Perayaan kirab pusaka yang diadakan pada malam 1 Suro merupakan merupakan nilai sakral Islam, dengan melakukan kirab dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

#AKAtrans Blora, pilihan yang  tepat, bagi yang membutuhkan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman.

No comments:

Post a Comment