Menyambut datangnya (malam) tahun baru Islam
1438 (Hijriyah) yang dalam terminologi dan budaya jawa juga dikenal dengan (malem Suro). pada
kesempatan kali ini kita akan mencoba berbagi informasi unik tentang (wisata)
Grebeg Suro yag ada Surakarta, Yogya, Purwokerto dan daerah di jawa lainya. Hasil
wawancara langsung dari beberapa masyarakat di dapat informasi megenai Grebeg suro disebut juga dengan kirab
pusaka” Kirab pusaka adalah upacara adat yang dilaksanakan oleh keraton Solo,
yogya dan masyarakat jawa lainya, yang merupakan budaya yang sudah turun
menurun dilingkungan keraton” Upacara grebeg suro tidak hanya sebagai sarana
memanjatkan doa dan mencari berkah saja tetapi juga sebagai bentuk penyampaian
nilai moral kepada masyarakat disekitarnya”
Salah satu upacara atau slametan yang dilakukan di Jawa ialah upacara tahun
baru Jawa yang jatuh setiap malam saatu Suro . Malam satu Suro tidak disambut
dengan kemeriahan dan kemegahan apalagi
hura-hura, namun dilewati dengan berbagai ritual sebagai bentuk
kontemplasi dan introspeksi diri bagi sebagaian besar masyarakat Jawa.
Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa, di bulan Suro
yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah, karena kalender Jawa
yang diterbitkan Sultan Agung mengacu pada penanggalan Hijriyah (Islam). Satu
Suro diperingati pada malam hari setelah Maghrib pada hari sebelum tanggal satu
Suro. Hal tersebut karena pergantian hari Jawa dimulai pada saat matahari
terbenam dari hari sebelumnya, bukan pada tengah malam.
Pada malam satu Suro, sebagaian besar masyarakat Jawa
melakukan ritual tirakatan (menahan hawa nafsu / tidak melakukan hal-hal yang
menjadi kesukaannya), lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk) dan tuguran
(kontemplasi) untuk lebih mendekatkan diri dengan Ilahi Robbi. Hal itu bisa
dilaksanakan dengan kungkum (berendam di sungai-sungai tertentu), menepi atau
di rumah. Karena malam satu Suro
mempunyai arti tersendiri (sakral) bagi sebagian besar masyarakat Jawa. Ritual
satu Suro sudah dikenal masyarakat Jawa pada masa pemerintahan Sultan
Agung (1613-1645 Masehi).
Grebeg suro disebut
juga dengan kirab pusaka. Kirab pusaka adalah upacara adat yang
dilaksanakan oleh keraton dan komunitas masyarakat jawa lainya. merupakan budaya
yang secara rutin dilakukan setiap malem suro. Upacara grebeg suro tidak hanya sebagai sarana memanjatkan doa dan
mencari berkah saja tetapi juga sebagai bentuk penyampaian nilai moral kepada
masyarakat disekitarnya.
Nilai penting
upacara grebeg suro yang pertama pada malam menjelang tanggal
satu Suro tahun Jawa, pukul 12.00 malam sampai pukul 4.00 pagi.Tahap
pelaksanaan antara lain mengadakan doa bersama dan kirab pusaka yang intinya
pusaka-pusaka, mengeluarkan Kyai Slamet, mengeluarkan tombak-tombak pusaka,
mengeluarkan dupa, terakhir keliling keraton. Peserta dalam kirab pusaka
tersebut adalah para abdi dalem dan para putra Sentana dalem dan kebo bule
beserta keturunannya. Kedua, nilai moral yang terkandung di dalam upacara
grebeg suro adalah nilai keselamatan, nilai keberkahan, nilai ketuhanan, nilai
kesejahteraan, dan nilai kegotong-royongan. Ketiga, persepsi masyarakat terhadap
nilai moral yang terkandung dalam upacara grebeg suro antara lain adalah
mendapatkan ketentraman dan kesejahteraan, mendapatkan berkah, selalu berdoa
dan memohon kepada Tuhan Yang Maha Agung, ritual adat yang sakral yang perlu
dilestarikan. Perayaan kirab pusaka yang diadakan pada malam 1 Suro merupakan
merupakan nilai sakral Islam, dengan melakukan kirab dan berdoa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, Allah SWT.
#AKAtrans Blora, pilihan yang tepat, bagi yang membutuhkan layanan
transportasi yang Aman dan Nyaman.
No comments:
Post a Comment