#AKAtrans Blora, BOGOR – Masjid An Nur Empang atau yang lebih dikenal dengan Masjid Keramat Empang Bogor adalah salah satu masjid tertua yang ada di kota hujan yang terletak di Jalan Lolongok, RT 02 RW 04, Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Jawa Barat.
Syahdan, Masjid ini dibangun sekitar tahun 1828 Masehi. Dibangun oleh seorang ulama besar pada Zaman-nya, yaitu Habib Abdullah bin Mukhsin Al Ahtas yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Di tempat inilah Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas juga dimakamkan bersama anak-anaknya yaitu Al Habib Mukhsin Bin Abdullah Al Athas, Habib Zen Bin Abdullah Al Athas, Habib Husen Bin Abdullah Al Athas, Habib Abu Bakar Bin Abdullah Al Athas, Sarifah Nur Binti Abdullah Al Athas, dan makam murid kesayangannya yaitu Habib Alwi Bin Muhammad Bin Tohir. Selain itu, ada pula seorang ulama yang dimakamkan di sini yaitu Habib Abdurrohman Bin Ahmad Assegaf (pimpinan Ponpes Al-Busro Depok). Dalam Kitab Manaqib Habib Abdullah bin Mukhsin Al Athas disebutkan bahwa Beliau adalah seorang Waliyullah yang berjasa dalam peradaban Islam di Indonesia. Nasab beliau tersambung kepada Baginda Rasulullah SAW.
Al Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Athas lahir di Desa Haurah, Hadhramaut, Yaman, pada hari Selasa 20 Jumadil Awal 1265 Hijriyah. Sejak kecil beliau mendapatkan pendidikan rohani dari ayahnya Al-Habib Mukhsin Al-Aththas. Beliau mempelajari AlQur'an dari Mu’alim Syeikh Umar bin Faraj bin Sabah. Pada usia 17 tahun beliau sudah hafal Alquran. Di antara guru-guru beliau, salah satunya adalah Habib Abu Bakar bin Abdullah Athas. Selain itu Habib Sholeh bin Abdullah Al Athas, penduduk Wadi a’mad, Hadhramaut dan masih banyak lagi ulama-ulama besar yang menjadi guru beliau.
Pada tahun 1282 Hijriyah, Habib Abdulllah Bin Mukhsin menunaikan Ibadah haji pertama kalinya. Selama di Tanah Suci beliau bertemu dengan ulama-ulama Islam terkemuka. Setelah itu beliau pulang ke Hadhramaut untuk memperdalam ilmunya. Lalu Pada tahun 1283 H, beliau melakukan ibadah haji yang kedua. Sepulang dari ibadah haji, dengan izin Allah, beliau sampai ke Indonesia. Di Indonesia, Beliau bertemu sejumlah Waliyullah dari keluarga Al Alwi antara lain Al Habib Ahmad Bin Muhammad Bin Hamzah Al Athas.
Awal kedatangan Beliau ke Tanah Jawa, Habib Abdullah Bin Mukhsin memilih Pekalongan sebagai kota tempat kediamannya. Guru beliau Habib Ahmad Bin Muhammad Al Athas banyak memberi perhatian kepadanya. Saat ini, di samping Masjid Empang, masih berdiri rumah peninggalan sang pendiri masjid, yang kini ditempati oleh keturunannya. Jika ingin mengunjungi rumah tersebut, memang tak mudah. Karena, dijaga oleh Khalifah Empang yang merupakan keturunan beliau. Khalifah ini diamanahi untuk menjaga masjid, makam, dan rumah Habib Abdullah. Sehingga, kunjungan ke rumah tersebut harus seizin Khalifah Empang tadi. Rumah seluas 200 meter persegi yang merupakan peninggalan Habib Abdullah, rumah ini menyimpan benda-benda peninggalan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas, yaitu gamis, sorban, tempat tidur, dan tongkat. Di rumah ini ada kamar khusus untuk zikir, dan 100 kitab agama dari jumlah semula 850 buku, kabarnya sebagian besar kitab kitab lainnya itu kini disimpan di "Jamaturkhair atau di Rabitoh", Tanah Abang Jakarta. Diantara kitab karangan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas adalah Faturrabaniah, Ratibul Ahtas dan Ratibul Hadad. Dua kitab terakhir diajarkan setiap magrib secara rutin kepada murid-muridnya ketika ia masih hidup.
Dalam perjalanan hidup Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas, Beliau pernah dipenjara oleh Pemerintah Belanda. Tentu pengalaman Beliau ini merupakan kehendak Allah SWT. Sebab nasib serupa juga pernah dialami Nabi Yusuf AS yang sempat mendekam dalam penjara selama beberapa tahun. Namun, setelah keluar dari penjara ia diberi kedudukan tinggi oleh penguasa yang telah memenjarakannya.
Pemerintah Belanda memenjarakan beliau dengan alasan difitnah. Selama dipenjara, kemuliaannya makin nampak dan mengundang banyak pengunjung untuk bersilaturrahim. Kedatangan banyak orang ini pun mengherankan pimpinan penjara dan penjaganya. Bahkan mereka pun ikut mendapatkan keberkahan dan manfaat dari kebesaran beliau. Selama di penjara, banyak pengunjung yang meminta didoakan. Para penjaga pun kewalahan menghadapi pengunjung yang semakin ramai, lalu mengusulkan kepada kepala penjara agar segera membebaskan beliau. Namun, ketika usulan ditawarkan, Habib Abdullah justru menolak dan memilih menungu hingga selesainya masa hukuman. Pada suatu malam, pintu penjara tiba-tiba terbuka dan beliau kedatangan tamu istimewa yaitu kakek beliau Al Habib Umar bin Abdurrahman Alatas (Shohibul Ratib). Saat kejadian itu, kakek beliau berkata, "Jika engkau ingin keluar penjara keluarlah sekarang, tapi jika engkau bersabar, maka bersabarlah." Dan ternyata beliau memilih bersabar dalam penjara. Pada malam itu juga, beliau telah datangi Al Faqih Muqaddam dan Syeikh Abdul Qadir Jaelani.
Di depan Masjid An Nur (Masjid Keramat Empang Bogor) |
Pada kesempatan itu Al Faqih Muqaddam memberikan sebuah kopiah Al Fiyah kepada beliau, dan Syekh Abdul Qadir Jaelani memberikan surbannya kepada beliau. Ternyata di pagi harinya kopiah tersebut masih tetap berada di kepala al-Habib Abdullah bin Mukhsin Alattas. Padahal beliau bertemu dengan Al-Faqih Al-Muqaddam hanya dalam mimpi.
Para pengujung terus berdatangan ke penjara sehingga berubahlah penjara itu menjadi rumah yang selalu dituju. Beliau pun mendapatkan berbagai karomah yang luar biasa. Di antara karomah beliau, seperti diungkapkan Al Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi (Surabaya).
"Ketika aku mengunjungi Al Habib Abdullah bin Mukhsin Al-Athas dalam penjara, aku lihat penampilannya amat berwibawa. Beliau terlihat diliputi akan pancaran cahaya ilahi. Sewaktu beliau melihat aku, beliau mengucapkan bait-bait syair Al Habib Abdullah Al Haddad, dengan awal baitnya ‘wahai yang mengunjungi aku di malam dingin, ketika tak ada lagi orang yang akan menebarkan berita fitnah,’ kemudian kami saling berpelukan dan menangis," kata Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi.
Karomah lain adalah sewaktu dipenjara, setiap kali beliau memandang borgol yang membelenggu kakinya, maka saat itu pula borgol tersebut terlepas. Diceritakan, saat pimpinan penjara menyuruh sipir untuk mengikat leher beliau dengan rantai besi, maka dengan izin Allah rantai itu terlepas dengan sendirinya. Sedihnya, pemimpin penjara dan keluarganya justru menderita sakit panas, sampai dokter tak mampu lagi untuk mengobati. Akhirnya pimpinan penjara sadar kalau sakit panas itu disebabkan karena telah menyakiti Al Habib Abdullah bin Mukhsin. Pimpinan penjara kemudian mengutus utusan untuk memohon doa demi kesembuhan penyakit panas itu.
Al Habib Abdullah bin Mukhsin pun berkata: "Ambillah borgol dan rantai ini, ikatkan di kaki dan leher maka akan sembuhlah dia". Setelah itu dengan izin Allah penyakit pimpinan penjara dan keluarganya pun sembuh.
Setelah beliau keluar dari penjara, beliau mencari tempat sunyi yang jauh dari keramaian manusia. Beliau memilih Bogor (Empang) sebagai tempatnya menyendiri. Di sana beliau membeli tanah dan membuat rumah sederhana.
Dari sumber lain disebutkan, awal mula kedatangan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas ke Indonesia pada tahun 1800 Masehi. Ketika itu beliau diperintahkan Al Habibul Imam Abdullah bin Abu Bakar Alayidrus, menuju Kota Mekkah. Dan sesampainya di Kota Mekkah, beliau melaksanakan salat dan malamnya beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Entah apa yang kisah mimpinya, esok harinya beliau berangkat menuju Indonesia. Sesampainya di Indonesia, beliau dipertemukan dengan Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas, Jakarta dan beliau belajar ilmu agama darinya. lalu Habib Ahmad Bin Hamzah Al Athas memerintahkan beliau berziarah ke Habib Husen di luar Batang. Dari sana sampailah perjalanan beliau ke Bogor. Beliau datang ke Empang tanpa membawa apa-apa.
Saat datang ke Empang Bogor, di sana belum ada penghuninya. Namun dengan ilmu beliau bisa menyala dan menjadi terang benderang. Diceritakan, ada kekeramatan yang lain terjadi pula ketika beliau tengah makan di pinggiran Empang. Kebetulan kala itu datang seorang penduduk Bogor berkata kepada beliau "Habib, kalau Anda benar-benar seorang Habib Keramat, tunjukkanlah kepada saya kekeramatannya".
Kebetulan Habib Abdullah Bin Mukhsin Al Athas sedang makan seekor ikan yang tinggal separuh lagi. Maka Habib Abdullah pun berkata: "Yaa sama Anjul ilaman Tabis," (Wahai ikan kalau benar-benar cinta kepadaku tunjukanlah), maka atas izin Allah, seketika itu ikan yang tinggal sebelah lagi meloncat ke Empang. Konon ikan tersebut sampai sekarang dikabarkan masih hidup.
#AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..
Al Fatihah
ReplyDeleteAlFatihaaaaaah..
ReplyDeletemantep
ReplyDeleteMantap !
ReplyDeleteKeren euy !
ReplyDelete