#AKAtrans Blora - Musim Kemarau yang selalu terjadi setiap tahunnya mengakibatkan puluhan embung dan juga sungai yang tersebar di Kabupaten Blora mengalami kekeringan, juga tak terkecuali terjadi pada sungai terpanjang di pulau jawa, yaitu sungai bengawan solo yang semakin hari semakin menyusut debit airnya.
Sungai yang melintasi kota Jati (Blora) dan juga kota minyak (Cepu) yang juga berbatasan langsung antara Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, ternyata menyimpan begitu banyak kisah indah. Selain bencana banjir saat musim penghujan tiba, penemuan emas atau juga barang peninggalan masyarakat lampau, saat kemarau tersimpan keindahan yang patut untuk dikunjungi, apalagi dijadikan destinasi wisata. Ya, destinasi wisata yang menyerupai Water Fall Niagara di Amerika sana.
Kracaan Watu Gong (Cepu) begitu masyarakat menyebutnya. Tepatnya berada di Desa Ngloram, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora.
Sedangkan untuk menuju ke tempat tersebut tidaklah sulit, dari Kota Blora lebih kurang menempuh perjalanan selama satu jam yang berjarak sekitar 40 KM.
Melewati rute dari Kota Blora menuju ke timur arah Surabaya, setelah sampai di Terminal Cepu, ambil kanan arah Bandara Arya Panangsang, Cepu. Kracaan sendiri merupakan air terjun kecil yang berada di tengah-tengah sungai bengawan solo, yang menghasilkan suara kracak (gemericik) syahdu, sehingga warga sekitar menyebutnya Kraca'an.
"Dulu, Warga setempat secara spontan menyebutnya dengan nama Kraca'an," tutur Hamam (42) warga sekitar.
Kebanyakan pengunjung yang datang jauh-jauh dari Blora, Bojonegoro, Tuban dan sekitarnya mengatakan, mereka bersama teman-temannya mendengar ada wisata unik yang hanya ada saat kemarau dari media sosial, sehingga mereka memutuskan untuk berangkat melihat fenomena alam tersebut.
KRACA'AN WATU GONG CEPU BLORA
"Di media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram sangat ramai dan mereka sering mengupload foto mereka, jadi sangat tertarik, langsung deh datang kesini," ungkap salah satu pengunjung.
Kebanyakan pengunjung berharap agar sarana prasarana seperti keselamatan para pengunjung dan sampah lebih diperhatikan lagi oleh pihak terkait. Karena untuk tempat sampah di area Kracaan sangat minim, sehingga para pengunjung membuang sampah sembarangan.
#AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..
#AKAtrans Blora - Air terjun Putri Nglirip merupakan salah satu tempat wisata yang ramai dikunjungi oleh masyarakat pecinta travelling, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara dari luar negeri. Destinasi unik nan eksotis ini Lokasinya berada di Dusun Jojogan, Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Air terjun Putri Nglirip Tuban ini kalau dari pusat kota Tuban berjarak kurang lebih 35 km. Jalan dan akses menuju ke lokasi wisata air terjun Nglirip ini pun tak rumit. Sepanjang perjalanan menuju lokasi kita akan menemui Belantara hutan jati dan sebagian pegunungan Karst. Obyek Wisata Air terjun Putri Nglirip Tuban ini sangat cantik dan mempesona dengan airnya yang berwarna hijau tosca. Ketinggiannya mencapai sekitar 50 meter yang bersumber dari Hutan Karawak. Rimbunnya pepohonan disekitar air terjun juga menambah daya pesona tersendiri. Selain itu disekitar lokasi, terdapat gardu pandang juga beberapa warung kayu yang menjual makanan maupun minuman. Kelengkapan warung dan gardu pandang ini menambah kelengkapan di wisata air terjun Putri Nglirip ini untuk memanjakan pengunjung yang sedang lapar dan dahaga. Ada beberapa cerita mitos dan mistis di kawasan air terjun Putri Nglirip Tuban ini. Mitos yang dipercaya secara turun temurun mengenai air terjun Putri Nglirip Tuban, berawal dari adanya seorang gadis desa yang berparas cantik. Salah satu adipati Tuban (Era Pra Majapahit) terpikat dan meminangnya. Dari hasil pernikahan, mereka dikaruniai seorang anak lelaki yang diberi nama Joko Lelono. Setelah dewasa Joko Lelono memiliki seorang kekasih yang berasal dari kaum miskin. Mendengar hal tersebut, orang tuanya menentang. Akibatnya Joko Lelono pergi meninggalkan rumah tanpa pamit. Konon ceritanya ia meninggal di tangan prajurit yang diperintahkan oleh ayahnya untuk membunuh Joko Lelono ini.
AIR TERJUN PUTRI NGLIRIP TUBAN
Lantas, Gadis miskin itu pun pergi ke sebuah gua yang terdapat di sekitar air terjun Putri Nglirip untuk bertapa. Ia merasa patah hati dan mengisolasi dirinya sendiri, tak seorang pun ingin dijumpai. Masyarakat sekitar percaya jika saat ini, sesekali putri Nglirip muncul untuk mengambil air yang terdapat di air terjun Putri Nglirip ini. Akibatnya hingga kini, mitos yang berkembang ialah larangan orang pacaran untuk berkunjung ke Air Terjun Putri Ngelirip. Mitos yang berkembang kalau ada yang pacaran di sekitar air terjun Putri Nglirip maka Putri Nglirip akan merasa terganggu, jikalau telah bersuami istri maka tidak apa-apa. Dari cerita mitos ini jika pasangan yang sedang memadu kasih atau pacaran di sekitar kawasan air terjun Putri Nglirip maka pasangan tersebut akan putus setelah 40 hari berkunjung ke tempat itu. Begitulah sekelumit informasi tentang mitos air terjun Putri Nglirip Tuban yang sampai saat ini masih menyimpan misteri. Walaupun demikian, air terjun Putri Nglirip selalu ramai dikunjungi oleh kawula muda untuk menikmati pemandangan yang ada di sekitar kawasan air terjun Putri Nglirip nan elok ini. #AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..
#AKAtrans Blora - Sosok Sunan Bonang yang bernama asli Syech Maulana Makhdum Ibrahim Putra dari Raden Ali Rahmatullah atau yang kita kenal sebagai Sunan Ampel bin Syekh Ibrahim Asmaraqandi. Syech Ibrahim Asmaraqandi kakek Sunan Bonang memiliki nama asli Ibrahim Al-Ghazi bin Jamaluddin Husein merupakan ulama terkemuka berdarah Turki-Persia dari daerah Samarkand, di negeri Uzbekistan. Sekitar akhir abad ke-14, Syech Ibrahim Asmaraqandi tinggal di Yunan, Cina Selatan. Nama Sunan Bonang ternyata juga untuk mengakomodir nama kakeknya, Ibrahim Al-Ghazi.
Untuk garis keturunan perempuan, ibunya bernama Dewi Candrawati atau disebut Nyai Ageng Manila, putri dari Arya Teja, seorang Adipati Tuban era Kerajaan Majapahit masih berdiri. Sunan Bonang lahir pada tahun 1448 M di Tuban, mempunyai 8 saudara, salah satunya Raden Qasim yang kita kenal sebagai Sunan Drajat. Masa muda Sunan Bonang banyak dihabiskan untuk menimba ilmu dari ayahandanya, Sunan Ampel. Selain itu, Sunan Bonang juga menimba ilmu kepada Syech Maulana Ishak, dari kerajaan Samudera Pasai, Aceh. Sunan Bonang dikenal sebagai penyebar Islam yang menguasai ilmu fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra, arsitektur dan ilmu kedigdayaan.
Saat kita memasuki kompleks makam Sunan Bonang yang berada di Dukuh Kauman, Kelurahan Kutorejo, Tuban, peziarah akan menemui bukti fisik antara lain ada tiga gapura. Gapura pertama berbentuk regol, kedua dan ketiga berbentuk Paduraksa. Gapura yang memiliki corak Hindu-Buddha ini seperti menandakan peziarah telah memasuki sebuah komplek tempat suci, atau bangunan penting yakni makam salah seorang wali yang sangat disegani.
Lalu Memasuki gapura kedua, pengunjung akan melihat Masjid Astana Bonang, sebagai zawiyah (tempat menyepi) Sunan Bonang. Disebelah utara masjid ini, kita dapat melihat Gapura Paduraksa, gapura ketiga yang ada di kawasan makam ini. Di gapura ke dua dan ketiga, terdapat hiasan piring dengan ornamen motif bunga dan tulisan Arab. Tulisan tersebut salah satunya tertulis nama empat Khalifaturrasyidun antara lain, Khalifah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Ada sekitar 30-an piring dengan ornamen bunga yang menghiasi Gapura Paduraksa. Peziarah juga bisa melihat tembok kelir dengan 15 piring porselin.
Kemudian peziarah akan menemui ratusan makam dengan jalan setapak (semacam lorong) terbuka yang sudah beratap dan petunjuk arah menuju cungkup makam Sunan Bonang. Cungkup makam Sunan Bonang terletak di tanah yang agak rendah. Terlihat sebuah tangga kecil dari batu dan sebuah pintu dari kayu jati menuju ke dalam Makam Sunan Bonang. Para peziarah yang mendatangi Makam Sunan Bonang duduk bersila dan membaca bacaan seperti Surat Yasin dan Tahlil. Namun, peziarah juga bisa membaca wirid berupa surah Al-Fatihah 50 kali, surah Al-Ikhlas 50 kali, shalawat 300 kali. Konon Bacaan ini wirid kesukaan Sunan Bonang semasa hidupnya.
Sekitaran area Makam Sunan Bonang terdapat bale-bale (pendopo paseban, pendopo rante, dan pendopo tajuk) peninggalan Sunan Bonang saat beliau melaksanakan pendidikan dan syiar agama. Bangunan pendopo itu bentuknya limas, umpak-umpak yang berwarna putih dan terbuat dari tulang ikan. Adanya bangunan paseban, adanya ukiran-ukiran yang eksotis khas kesenangan Sunan Bonang yang indah dengan motif sulur-sulur daun dan hiasan tumpal, serta beberapa peninggalan purbakala seperti tempayan, yoni, pipisan dan peti batu yang tersimpan di pendopo rante.
Penyebaran agama Islam oleh Sunan Bonang dilakukan dengan cara unik dan berbeda dengan sunan lainnya. Sunan Bonang merupakan salah satu sunan yang dikenal tidak hanya cerdik dan fleksibel dalam berdakwah, tetapi beliau juga dikenal memiliki karamah yang hebat menurut masyarakat Jawa. Menurut sejarawan Agus Sunyoto, dakwah Sunan Bonang disebuah daerah di Singkal, Nganjuk mengadakan upacara kenduri menandingi upacara agama Tantrayana dilakukan oleh petinggi-petinggi Majapahit dengan sekte yang disebut sebagai Bhairawa Tantra.
Tantrayana adalah sebuah agama yang memuja dewi bumi, dewi pertiwi, dan durga, dewi sungai. Mereka jika beribadah dengan duduk melingkar di setra. Sebuah setra yang terbesar terdapat di Majapahit yang disebut dengan Setralaya, sekarang disebut dengan Troloyo. Ritual dengan lingkaran itu disebut dengan upacara pancamakara atau lazim disebut sebagai Molimo (Mamsha artinya daging, Matsya artinya ikan, Madya artinya minuman keras, Maithuna berarti seksual, Mudra berarti semedi).
Dalam upacara tersebut lelaki perempuan dalam keadaan telanjang, di tengah lingkaran tersebut ada makanan yang terbuat dari daging, ikan dan minuman keras. Setelah selesai, kemudian mereka melakukan persetubuhan bersama. Setelah nafsu mereka terpenuhi, dalam keadaan tanpa nafsu mereka melakukan semedi.
Saat mencapai level tertinggi Mamsha dari daging hewan diganti dengan daging manusia, Matsya dari ikan biasa diganti dengan ikan Suro, dan Madya dari minuman keras diganti dengan darah manusia. Salah satu pendeta Bhairawa Tantra yang terkenal adalah Adityawarman. Di Kediri, Jawa Timur pedalaman adalah penganut terbesar Bhairawa Tantra.
Karena melihat ritual seperti itulah, Sunan Bonang menandingi dengan membuat acara yang sama di daerah Singkal, Nganjuk, Jawa Timur. Di tempat tersebut, beliau mengadakan upacara serupa, membentuk lingkaran dan pesertanya semuanya laki-laki dan berdoa. Acara ritual itu disebut dengan kenduri atau selametan. Acara ini kemudian berkembang dari satu kampung ke kampung lain. Karena telah berhasil memimpin ritual tersebut, maka Sunan Bonang mendapatkan gelar Sunan Wahdat Cakrawati, (pemimpin upacara berbentuk lingkaran).
Syech Maulana Makhdum Ibrahim atau Sunan Bonang ditunjuk sebagai imam pertama Masjid Demak, dan diberi gelar Imam Guru Suci. Keberhasilan dakwahnya dibantu dengan Sunan Kalijaga yang memberi warna lokal pada upacara keagamaan seperti Idul Fitri, perayaan Maulid Nabi, dan peringatan Tahun Baru Islam. Sunan Bonang berhasil menciptakan asimilasi dan akulturasi budaya manusia yang lebih beradab dan tidak meninggalkan ciri asli budaya Jawa.
DEPAN PINTU MASUK MAKAM SUNAN BONANG
Selanjutnya Upacara Sekaten dan Grebeg Maulid adalah warisan budaya yang diciptakan Sunan Bonang. Di dunia pewayangan, beberapa lakon carangan pewayangan telah digubah dengan kaidah Islam, seperti Petruk Dadi Ratu, Layang Kalimasada, Dewa Ruci, Pandu Pragola, Semar Mbarang Jantur, dan Mustakaweni.
Sedangkan di dalam dunia kesusastraan, Sunan Bonang dikenal sebagai penyair yang profilik, sekaligus penulis risalah estetika sufi yang dikenal dengan ilmu tasawuf. Dunia musik pun tak luput dari sentuhan beliau, gamelan Jawa digubah dengan memasukan instrumen baru seperti rebab Arab dan kempul Campa yang kemudian disebut bonang. Bonang merupakan sejenis kuningan yang ditonjolkan bagian tengahnya. Bila benjolan dipukul dengan kayu lunak akan menimbulkan suara yang merdu di telinga pendengar bahkan dapat menggetarkan hati. Musik gamelan gubahannya menyajikan orkestra polifonik yang mediatif dan kontemplatif. Sebagai maestro pembaharu budaya, Sunan Bonang membuat beberapa kidung seperti Tombo Ati yang melegenda di telinga masyarakat Indonesia.
Lalu di dunia arsitektur, Sunan Bonang berperan dalam menyediakan satu dari empat soko guru Masjid Agung Demak pada tahun 1478 masehi. Sunan Bonang merupakan guru dari Raden Patah putra Raja Brawijaya V Majapahit, guru para wali seperti Sunan Kalijogo. Sunan Bonang Wafat pada tahun 1525 Masehi.
#AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..
#AKAtrans Blora - Ternyata ada juga Pantai Pasir Putih di Rembang. Dan destinasi ini lumayan 'ngeh' dengan tampilan yang lebih menawan guys.
Sebuah Pantai pasir putih yang terletak di dusun Wates Desa Tasikharjo Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang, ini kini tampil lebih keren, loh! Jika kita melakukan perjalanan di jalur pantura sebelah timur Semarang menuju Surabaya, maka kita bisa mampir ke sana. Sebelum memasuki kota Rembang, berada di sisi kiri jalan ke arah Surabaya. Ada papan petunjuk jalan yang terpampang sebagai tanda letak pantai tersebut. Ketika memasuki gang ke arah pantai, disambut oleh pohon Cemara Udang yang berjajar di tepi jalan. Dulunya sih ditanami pohon Memba, sekarang digantikan oleh pohon Cemara yang khas dan eksotis.
Hmm... Beberapa tahun lalu, jika kita sudah pernah berkunjung ke pantai ini,dulunya adalah sebuah pantai yang masih alami (Perawan). Belum dijadikan destinasi obyek wisata seperti sekarang ini. Pantai yang memiliki pasir putih ini, dulunya masih di tumbuhi tanaman Pandan Laut yang memiliki daun berduri. Beberapa pohon Waru yang berjajar di tepi pantai. Tetapi sekarang telah dipercantik dengan ditanami pohon Cemara. Sepanjang pantai berjajar pohon Cemara yang membaris rapi. Bahkan di salah satu tempat yang dulunya adalah tanah lapang yang hanya ditumbuhi rerumputan dan untuk menggembala sapi, sekarang dijadikan Kawasan Hutan Cemara nan indah. Ada beberapa spot cantik juga ada di sana. Bisa untuk berswa foto. Sangat istagramable. Di zaman now seperti saat ini, cocok. Di mana orang cenderung suka memposting foto untuk megisi media sosial mereka dengan gambar-gambar cantik sebagai sarana sosialisasi. Seperti tulisan Love Wates yang ditata cantik dengan latar belakang pantai. Pemandangan alami yang memang sudah cantik, maka hasil foto akan menjadi keren dan eksotis. Kemudian ada juga sebuah jembatan yang menyerupai dermaga yang menuju pantai yang sengaja dibuat untuk menuju ke arah pantai lebih dalam. Membawa kita seolah-olah berada di tepi lautan lepas. Angin yang menderu seolah sedang menari bersama ombak, menjadikan kita lebih Mampu memahami akan keindahan alam. Bercanda dengan alam, Meski hanya lewat deruan angin laut disertai tarian ombak. Dan Jika kita mau, kita bisa menceburkan diri ke pantai, basah oleh air laut. Bahkan kalau kita bisa berenang kita bisaa lebih ketengah lagi bersendau gurau dengan cemara yang berterbangan diatas pantai.
Kita juga bisa Hunting kerang kecil yang sudah tak berpenghuni, Bermain pasir putih jadikan Istana juga Bisa untuk mengekspresikan diri, dengan menulis sesuatu di tepi pantai. Tentang suatu rahasia, kemudian dibiarkan tersapu oleh ombak. Tak akan ada orang yang tahu, karena sudah terhapus, rahasia itu terbawa ombak mewarnai dan menyelami laut selamanya.. 😋
PANTAI PASIR PUTIH REMBANG
Rimbunan Hutan Cemara, yang gemerisik daunnya tertiup angin. Seolah menyanyikan sebuah lagu, Simbol bahwa alampun berinteraksi dengan kita.Masih cukup banyak pohon Pandan Laut yang berduri, dibiarkan menetap di tepi pantai. Menambah cantik nan seksi pantai pasir putih ini. Beberapa Kayu yang kering teronggok di tepi pantai, memberi kesan alami. Bisa dijadikan pertanda, bahwa di sana, alam memiliki kehidupan. Pepohonan berinteraksi dengan lingkungan. Ada yang mati karena telah tua, ada yang baru bertumbuh. Semuanya bisa dinikmati dan tentunya kita jaga kelestarianya.
Saat mentari sudah menyingsing menuju ke tempat peristirahatanya, kita akan menikmati dan menyapa Sunset. dengan kemilau oranye terang, sedikit demi sedikit menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Senja tiba. Terang beranjak pergi. Gelap akan datang. Siklus alam sedang menjalani takdirnya.
Hmm.. saat kita merasa lapar dan haus tapi masih ingin menikmati pantai pasir putih di Wates ini, maka jangan khawatir, karena di sana sudah berjajar warung yang bisa dikunjungi. Berbagai makanan siap saji, menunggu pembeli, sembari mereka menikmati indahnya pantai pasir putih. Kita bisa memilih beraneka menu Khas Pantura di deretan pusat kuliner tepi panti ini.
#AKAtrans Blora, menyediakan layanan transportasi yang Aman dan Nyaman..