Candi Cetho. Wilayah
Gunung Lawu memiliki pesona alam yang menarik. Indah ditambah kesejukan
udaranya, apalagi hamparan hutan yang masih alami siap memanjakan siapapun yang
melihatnya. Di balik pesona Gunung Lawu,
ternyata ada pesona lain tersimpan. Di lereng Gunung Lawu terdapat peninggalan
candi Hindu yang sangat eksotik dan terlihat memiliki nilai magis yang sangat
kental karena candi tersebut seringkali diselimuti kabut tebal yang turun
dengan tiba-tiba. Candi
Cetho merupakan candi Hindu yang terletak di lereng barat Gunung Lawu di Desa
Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Candi
Cetho terletak di atas ketinggian 1.470 meter di atas permukaan laut. Di
sekitar kompleks candi ini juga ada candi kecil yang masih satu rangkaian
dengan Candi Cetho, yakni Candi Kethek, yang terletak 300 meter di samping
candi utama. Kedua candi tersebut
merupakan peninggalan Raja Majapahit terakhir, yakni Prabu Brawijaya V.
Keindahan Candi Cetho semakin bertambah dengan adanya Puri Taman Saraswati. Di
taman itulah terdapat Patung Saraswati yang khusus didatangkan dari Gianyar,
Bali. Menurut
salah satu pengelola Candi Cetho, Wardi (68), asal nama Cetho diambil dari nama
dusun tempat situs tersebut berada, yaitu Dusun Cetho. Cetho sendiri dalam
bahasa Jawa memiliki arti "jelas". Dari Dusun Cetho ini juga bisa terlihat sangat
jelas Gunung Lawu, Gunung Merbabu, dan Gunung Merapi. Tidak itu saja, kalau
cuaca bagus tidak tertutup kabut sama sekali puncak Gunung Sindoro dan Gunung
Sumbing juga sangat terlihat sangat jelas. Selain
bisa melihat dengan jelas tiga gunung besar, dari Dusun Cetho ini juga terlihat
jelas kota-kota di bawahnya, termasuk Kota Solo. Memasuki areal candi, terdapat
dua gapura pintu masuk candi yang sangat tinggi dan kokoh, Candi Bentar, yang
mirip dengan gapura di Pulau Dewata, Bali. Ada juga tangga-tangga tinggi menuju
puncak candi. Dua buah patung penjaga yang berdiri menyambut pengunjung.
Candi
Cetho berbentuk teras atau punden bertingkat yang saat ini tinggal sembilan
teras, berdiri tinggi memanjang dan mengerucut. Berdasarkan inskripsi
(tulisan pada batu) di dinding gapura dengan aksara Jawa Kuno, bangunan ini
berdiri pada 1397 Saka atau 1475 Masehi. Dan, candi ini dibangun berfungsi
untuk menyucikan diri (ruwat) atau membebaskan dari kutukan. Batuan candi
terbuat dari batu andesit dengan relief yang sangat sederhana sekali.
Di candi ini banyak tergambar simbol-simbol atau
lambang dari Kerajaan Majapahit. Salah satunya adalah batu besar yang ditata di
atas permukaan tanah berbentuk kura-kura raksasa, batu yang berbentuk alat
kelamin laki-laki yang panjangnya hampir 2 meter. Tak heran bila akhirnya Candi
Cetho inipun disebut Candi Lanang. Selain
dua gapura tinggi besar menjulang tinggi ke awan, di areal komplek candi
terdapat bangunan pendapa yang ada di kanan-kiri gapura. Sampai saat ini masih
digunakan sebagai tempat upacara keagamaan bagi umat Hindu. Di bagian puncak bangunan utama berbentuk trapesium
berada di teras paling atas. Sebuah bangunan utama berupa ruangan tanpa atap
berdinding batu dengan tinggi kurang lebih 2 meter. Dari puncak inilah terlihat
sangat jelas bangunan-bangunan lain di Candi Cetho lainnya. Sumber : okezone
AKAtrans Menyediakan layanan transportasi yang
Aman dan Nyaman buat warga Blora dan sekitarnya. Apapun aktifitas dan
kepentingan anda di Blora kami siap melayani Luar dan dalam kota. Hub:
085799992478 PIN: 33232334
No comments:
Post a Comment